Ditulis Oleh ; Masitah mhI
Abil dan Abdillah adalah dua bersaudara, usia mereka terpaut 2 tahun saja. Abil kakaknya berusia 10 tahun dengan perawakan tinggi, hidung mancung dan kulit sawo matang, sementara Abdillah adiknya berusia 8 tahun dengan perawakan tinggi, kulit putih dan hidung tidak semancung abangnya , mereka berdua tinggal bersama Ibu mereka yang merupakah seorang guru TK, karena Ayah mereka sudah meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Karena usia mereka yang tidak begitu jauh ini jadi seperti teman sebaya.
Suatu siang saat mereka pulang sekolah Abdillah mengajak kakaknya Abil untuk bermain bola.
“Abang ayo kita bermain bola yuk!” ajak Abdillah.
Mendengar ajakan adiknya Abil berkata, “Adikku, Abang sangat capek bagaimana kalau kita istirahat sebentar, bukankah tadi kita sudah seharian di sekolah? Jadi nanti sore kita baru bermain bola.”
Mendengar jawaban kakaknya, adek menyahut dengan ketus, “Hmm …. bilang saja Abang takut, enggak berani lawan aku kan? Karena tendanganku kuat.”
Mendengar jawaban adiknya Abil berkata, “Abang enggak takut kok, tapi Abang mau istirahat dulu, kan capek tadi di sekolah.
Karena merasa tidak puas dengan jawaban abangnya akhirnya adiknya pun kembali berkata dengan sambil mengejek.
“Huuh … bilang saja takut main bola karena nggak mau kulitnya semakin ireng kan? Kan kulit Abang hitam Ireng sahut adiknya Abdillah.”
Mendengar perkataan adik nya tentu saja Abil tidak mau terima sambil berkata, “Siapa yang takut hitam? Paling kalau nanti main kamu yang kalah dikit-dikit ngadu, dikit dikit nangis dasar manja.”
Saat mereka beradu mulut terdengarlah oleh Ibu mereka yang saat itu sedang menyiapkan makan siang di ruang makan.
“Abil, Abdillah anakku ayo kemari, Nak?” panggil sang Ibu.
Mendengar panggilan ibunya mereka pun datang menghampiri.
“Iya, Ibu,” kata Abil.
“Ayo, Nak duduk dulu di sini, tadi ibu dengar ada yang saling adu mulut kenapa ya?” tanya Ibu mereka.
“Iya, Bu. Ini … ni Abang enggak mau Adek ajak main bola,” kata Abdillah.
Mendengar itu Abil pun menimpali, “Tapi kan, Bu. Abang capek baru pulang sekolah, masa gara-gara enggak mau main bolah langsung dibilang penakut lah, ngejek ireng lagi sama abang.”
Mendengar itu Abdillah pun enggak mau tinggal diam.
“Abang juga bilang aku Manja tadi kan? Sebut adiknya tidak mau kalah.”
Mendengar mereka saling jawab Ibu pun berkata, “Abang, Adek tahu enggak siapa yang menciptakan kita?”
Mereka serempak menjawab, “Allah, Ibu.”“
“Masyaallah hebat jawabannya betul, Allah yang menciptakan manusia dengan beragam warna kulit , rambut dan lainnya. Semua yang allah ciptakan pasti baik dan kita wajib bersyukur, kulit Abang tidak terlalu putih seperti kulit ayah dan kulit adek putih seperti kulit Ibu tapi lihatlah hidung Abang mancung mirip Ayah sementara Adek mirip Ibu. Apakah kita boleh marah? Apakah kita mau protes sama Allah?”
Mereka terdiam.
“Allah sebaik baiknya pencipta di dunia, apa yang Allah ciptakan harus dijaga dan harus disyukuri, dan tidak dijadikan bahan ejekan karena kalau kita mengejek berarti kita mengejek apa yang Allah ciptakan. Saling menyayangilah dan hormat satu sama lain apalagi dengan saudara sendiri , paham Nak?”
“Baik, Bu. Adek paham, maafin adek ya Bang tadi ngejek Abang kata adeknya dengan tulus.”
“Iya, Abang juga minta maaf ya tadi bilangin adek manja.”
Melihat kedua anaknya saling meminta maaf terlihat senyum bahagia di wajah ibunya.
“Ayo, segera makan, sesudah itu salat Zuhur ya Nak baru istirahat, Naah soree baru main bolanya.”
Mendengar perkataan ibunya mereka berdua serempak menjawab, “Siap, Ibu.” ***